Minggu, 29 November 2015

PROGRAM KERJA DAN AKTIVITAS HUMAS

Secara umum pengertian dari perencanaan program kerja public relations yaitu terdiri dari semua bentuk kegiatan perencanaan komunikasi baik kegiatan ke dalam maupun ke luar antara organisasi dan publiknya yang tujuannya untuk mencapai saling pengertian.

Scott M. Cutlip dan Allen H. Center (prentice-Hall, inc. 1982:139), menyatakan bahwa proses perencanaan melalui “proses empat tahapan atau langkah-langkah pokok” yang menjadi landasan acuan untuk pelaksanan program kerja kehumasan adalah:
1.      Penelitian dan mendengarkan (Research-Listening)
Dalam tahap ini, penelitian yang dilakukan berkaitan dengan opini, sikap dan reaksi dari mereka yang berkepentingan dengan aksi bijaksanaan-kebijaksanaan suatu organisasi, pada tahap ini akan ditetapkan suatu fakta dan informasi yang berkaitan langsung dengan kepentingan organisasi, yaitu what’s our problem? (Apa yang menjadi problem kita).
2.    Perencanaan dan mengambil keputusan (planning-decision)
tahap ini, opini ide-ide dan reaksi yang berkaitan dengan kebijaksanan serta penetapan program kerja organisasi yang sejalan dengan kepentingan atau keinginan-keinginan pihak yang berkaitan mulai diberikan: Here’s what we can do? (Apa yang dapat kita kerjakan)
3.      Mengkomunikasikan dan pelaksanaan (communication-Action)
Dalam tahap ini berkenaan dengan langkah-langkah yang akan dilakukan dijelaskan sehingga mampu menimbulkan kesan-kesan yang secara efektif dapat mempengaruhi pihak-pihak yang dianggap penting dan berpotensi. Untuk memberikan dukungan sepenuhnya.
4.      Mengevaluasi (evaluation)

Pihak PR mengadakan penilaian terhadap hasil-hasil dari program-pogram kerja atau aktivitas humas yang telah dilaksanakan. Termasuk mengevaluasi keefektifan dari teknik-teknik manajemen yang telah di pergunakan: How did we do? ( bagaimana yang telah kita lakukan).

Hambatan-hambatan perencanaan program kerja public relations

1.         Kegagalan manajemen menyertakan para pelaksana untuk turut serta mempertimbangkan perumusan kebijaksanaan dan program kerja
2.         Kurang tercapainya kesepakatan mengenai tujuan-tujuan dari pelaksanaan program PR
3.         Kurangnya waktu karena tersita oleh pembahasan-pembahasan mengenai masalah sehari-hari
4.         Kelambatan dan frustrasi yang dialami oleh para pelaksana karena kurang koordinasi dengan deperteman terkait lainnya

Cita-cita dan Tujuan PR

Organisasi sebagaimana halnya individu, memiliki cita-cita dan tujuan. Pada umumnya, tujuan dari suatu organisasi adalah:
a)         Mendapat keuntungan/penghargaan
b)        Mempunyai arti bagi lingkungan
c)         Mendapatkan dukungan
d)        Dihormati oleh masyarakat
e)         Menyediakan produk yang diperlukan dan diinginkan oleh masyarakat
f)         Bebas dari keterbatasan dan kebutuhan yang mendesak
g)        Berpengaruh pada pendapat publik



Hubungan media dan pers (Media dan perss Relations)merupakan sebagai alat,pendukung atau media kerja sama untuk kepentingan proses publikasi dan publisitas berbagai kegiatan program kerja atau untuk kelancaran aktivitas komunikasi humas dengan pihak publik,Karena peranan hubungan media dan pers dalam kehumasan tersebut dapat sebagai saluran (channel)dalam penyampaian pesan maka upaya peningkatan pengenalan (awareness)dan informasi atau pemberitaan dari pihak publikasi Humas merupakan prioritas utama.Hal tersebut dikarenakan salah satu fungsi pers adalah kekuatan pembentuk opini(power of opinion)yang sangat efektif melalui media massa.
Menurut Frank Jefklins (1992), bentuk-bentuk hubungan pers adalah sebagai berikut
a.    Kontak pribadi (personal contact)
Keberhasilan pelaksana hubungan media dan pers tergantung “apa dan bagaiman” kontak pribadi anatara kedua belah pihak yang dijalin melalui hubungan informal seperti adanya kejujuran

b.      Pelayanan informasi atau berita (News services)
Pelayanan yang sebaik-baiknya yang diberikan oleh pihak public relations kepada pihak pers/reporter dalam bentuk pemberian informasi, publikasi dan berita baik tertulis, tercetak, maupun yang terekam
c. Mengantisipasi kemungkinan hal darurat (contingency plan)
Untuk mengantisipasi kemungkinan permintaan yang bersifat mendadak dari pihak wartawan/pers mengenai wawancara konfirmasi dan sebagainya.
2.      Kiat membina hubungan pers.
a.       Pertentangan Humas dan Pers 
Dari pemaparan di atas perbedaan-perbedaan fungsi dan aktifitas Humas dan Pers tersebut di atas muncul semacam pertentangan antara kedua belah pihak saat menunaikan tugasnya masing-masing.
b.      Membina hubungan pers yang Positif
Sebetulnya pertentangan yang terjadi atau saling berprasangka buruk antara pihak Humas dan pers dapat diatasi seandainya hubungan itu berlandaskan kepada prinsip-prinsip keterbukaan,serta saling menghargai peran satu sama lainnya dan saling mendukung.Serta setiap pihak akan berfungsi serta bertindak sesuai dan terikat dengan kode etik profesinya masing-masing. Upaya teretentu dalam membinaan hubungan pers yang harmonis pada dasarnya. Menurut Cutlip & Center (1982) dapat dilakukan melalui hal-hal berikut.
1.   Sikap saling menghargai antar kedua belah pihak(mutual appreciation).
2.   Saling pengertian tentang peran,fungsi,kewajiban dan tugas sesuai etika frofesinya      masing-masing (mutual understanding).
3.   Saling mempercayai akan peran untuk kepentingan bersama dan tidak untuk kepenti ngan sepihak(mutual confidence).
4.   Sikap saling toleransi dari kedua belah pihak(tolerance).
c.       Pengorganisasian Kewartawanan
Di dalam manajemen lembaga penerbitan pers,terdapat dua sistem pengorganisasian,yaitu kemersial dan idealisme.Sistem pertamal,pengelolaan suatu manajemen perusahaan penerbitan pers baik yang bergerak di bidang industri jasa media cetak atau elektronik tersebut tidak jauh berbeda dengan perusahaan(enterprise).Mereka melakukan investasi,menawarkan produk atau jasa komersial lainnya.
Kedua,yang akan dibahas selanjutnya adalah pengelolaan  keredaksiaan serta sumber-sumber pemberitaan,informasi dan publikasi lainnya pada suatau lembaga penerbitan pers.Dalam hal ini,khususnya terdapat dimensi idealisme pers nasional,yaitu alat perjuangan untuk menegakkan pers yang bebas dan bertanggung jawab,serta berperan aktif dalam menunjang pembangunan Nasional dan mencerdaskan masyarakat.
d.   Jenjang karir kewartawanan
Jenjang karir kewartawanan tersebut secara garis besar dikaitkan erat dengan---selain lamanya lamanya yang bersangkutan dalam menekuni profesi kewartawanan---tingkat kewartawanan individu dan juga kemampuannya dalam teknik tulis-menulis berita.
Kerja sama dalam kegiatan proses publikasi dengan pihak pers tersebut biasanya diwujudkan melalui dua cara.
     a. Kontak secara formal pada efent-event(acara) tertentu yang sengaja dirancang .
     b. Kontrak informal.
1.      Kontrak resmi atau secara formal dengan pihak pers kontak secara resmi ini,direncanakan dan dilaksanakan oleh pihak Humas untuk bekerja sama dengan pihak pers/wartawan yang diundang secara resmi dalam event (acara) tertentu, dengan menetapkan tema dan tujuannya yang hendak dicapai.
a.       Konferensi Pers (Pers Conference).
Konfrensi pers adalah suatu pertemuan (kontak) khusus dengan pihak pers yang bersifat resmi atau  sengaja diselenggarakan oleh pejabat Hmas,yang bertindak sebagai narasumber dalam upaya menjelaskan suatu rencana atau permasalahan tertentu yang tengah dihadapinya.
b.   Wisata Pers(Pers Tour)
Sejumlah wartawan berasal dari berbagai media massa yang telah dikenal baik oleh Humas bersangkutan diajak wisata kunjungan kesuatu event khusus,atau peninjauan keluar kota bersama dengan pejabat instansi atau pimpinan perusahaan sebagai pengundang (tuan rumah) selama lebih satu hari, untuk meliput secara langsung mengenai kegiatan tertentu.\
c.    Resepsi Pers(Press Reception) dan Press Gathering.
Pertemuan pers semacam ini,yaitu jamuan pers/wartawan yang bersifat sosial,menghadiri acara resepsi atau seremonial tertentu baik fomal maupun informal. Ada juga melalui acara event-event olahraga bersama, kumpul bersama dalam acara ulang tahun perusahaan dan pada keagamaan seperti berbuka puasa, Tahun baru dan natal bersama antara pihak Humas dan eksekutif dengan pihak pers pada suatu acara di luar tugas fungsionalnya masing-masing.
d.      Taklimat pers (Press Briefing)
Pertemuan ini(Press briefing) , diadakan mirip dengan suatu diskusi atau berdialog,saling memberikan masukan atau informasi cukup penting bagi kedua belah pihak. Disamping itu pihak Pers/wartawan akan diberikan kesempatan untuk menggali seluas-luasnya mengenai informasi, masalah yang sedang aktual dan faktual, kemudian diharapkan wartawan mempunyai pengetahuan yang lebih baik, misalnya tentang akan diterbitkan suatu peraturan ,UU atau kebijakan baru oleh pemerintah di masa mendatang.

2.   Kontrak Pers Tidak Resmi atau Informal
      Keterangan Pers (Press Statement)
Cara temu pers terssebut banyak dilakukan oleh para politisi, budayawan, pejabat, pengamat dan intelektual untuk menjelaskan atau memberikan argumentasi tertentu kepada pers.
a.    Wawancara Pers (press Interview)
Biasanya inisiatif wawancara datang dari pihak pers/wartawan setelah melalui perjanjian atau komfirmasi dengan narasumbernya.
Hasil wawancara itu yang dimuat/disiarkan atau tidak di media bersangkutan adalah sepenuhnya ada di tangan pewawancara(redaktur).
b.   Pertemuan Press Gathering (Jamuan Pers Secara In-formal).
Yaitu pertemuan pers secara informal,khususnya hubungan(good relationship) antara pihak praktisi Human/PR dan wartawan media massa dalam suatu acara sosial keagamaan dan aktivitas olahraga.

KEDUDUKAN DAN STRATEGI PUBLIC RELATIONS

Kedudukan public relations adalah menilai sikap masyarakat atau publik agar tercipta keserasian antara masyarakat dan kebijaksanaan organisasi/instansi.
Ciri-ciri strategi komunikasi yang persuasif-strategi/teknik komunikasi yang persuasif yaitu:

  1. informasi atau pesan yang disampaikan harus berdasarkan pada kebutuhan atau kepentingan khalayak pada sasarannya.
  2. PR sebagai komunikator dan sekaligus mediator berupaya membentuk sikap dan pendapat yang positif dari masyarakat melalui rangsangan atau stimulasi tertentu
  3. mendorong publik untuk berperan serta dalam aktivitas perusahaan/organisasi agar tercipta perubahan sikap dan penilaian (perubahan dari situasi negatif ke positif)
  4. perubahan sikap dan penilaian dari pihak publik dapat terjadi maka pembinaan atau pengembangan terus-menerus dilakukan agar peran serta tersebut terpelihara dengan baik.
seorang pejabat humas dituntut untuk memiliki empat kemampuan yaitu:
  1. memiliki kemampuan mengamati atau menganalisis suatu persoalan berdasarkan fakta di lapangan, perencanaan kerja, komunikasi dan mampu mengevaluasi suatu problematik yang dihadapinya.
  2. kemampuan untuk menarik perhatian , melalui kegiatan publikasi yang kreatif, inovatif, dinamis, dan menarik bagi publiknya sebagai target sasarannya.
  3. kemampuan untuk mempengaruhi pendapat umum
  4. kemampuan menjalin suasana saling percaya, toleransi, saling menghargai, good will.
humas berfungsi untuk menciptakan iklim yang kondusif dalam mengembangkan tanggung jawab serta partisipasi antara pejabat Humas dan masyarakat untuk mewujudaqkn tujuan bersama, fungsi tersebut dapat diwujudakn melalui beberapa aspek-aspek pendekatan atau strategi humas yaitu:
  • strategi operasional
  • pendekatan persuasif dan edukatif
  • pendekatan tanggung jawab sosial humas
  • pendekatan kerja sama
  • pendekatan koordinatif dan integratif
adapun peranan humas di berbagai kegiatan di lapangan yaitu:
  1. menginformasikan
  2. menerangkan
  3. menyarankan
  4. membujuk 
  5. mengundang
  6. meyakinkan

Minggu, 22 November 2015

Management By Objective (MBO)

Management by obejctive, menunjang kegiatan manajemen organisasi perusahaan  yang berdasarkan pada pencapaian tujuan (objektif).

Konsep MBO:

  1. Penerapan motivasi untuk pencapaian tujuan bersama antara pimpinan dan bawahan
  2. melibatkan setiap karywan dan manajer
  3. proses dan pengecekan pelaksanaan kerja dilaksanakan secara bersama-sama
  4. proses MBO dalam manajemen PR  melalui teknik-teknik pengorganisasian.
MBO adalah proses kerja kolektif antara bawahan dan pimpinan mengidentifikasi tujuan organisasi. secara khusus model MBO dimulai dari komitmen yang disertai konsisten top pimpinan organisasi. untuk mengembangkan motivasi komitmen, ada beberapa hal yang mesti diperhatikan oleh pimpinan atau perusahaan yaitu:
  • apa yang menjadi harapan karyawan/karyawati dan peluangnya untuk menjadi lebih baik serta untuk bagaimana meningkatkan karirnya diperusahaan
  • sumber perlengakapan dan fasilitas kerja yang memadai, yang tentunya dapat membuat karyawan merasa nyaman dalam bekerja karena pekerjaannya dapar berjalan lancar tanpa kendala.
  • tolak ukur pekerjaan yang telah dicapai sesuai dengan hasil dan sasaran hasil pekerjaan karyawan.
  • dasar penilaian kerja atau prestasi kerja dan bentuk penghargaan atau reward jika karyawan berhasil